MENGENANG SOSOK ABAH MANSYUR
Saat kesehatan abah semakin menurun, beliau lupa nama orang2 disekitarnya dan saat kami angkatan perdana menjenguk belia, Abah ditanyai ning Misbah Atul siapa nama kami satu persatu, ternyata diantara kami abah masih ingat namaku.......
Minayah yo....!!!!! (kata beliau)
Tahun 1990 serasa masih kemarin saat pertama kali ku langkahkan kakiku disini, itupun karena aku tersesat. Ya, tersesat di jalan yang benar.
Saat itu aku telah putus asa karena tak mungkin orang tuaku menyekolahkanku setara SMA, namun aku sangat ingin melanjutkan sekolah tuk menggapai cita2ku.
Ku kumpulkan semua brosur dan ku perlihatkan ke bapak dan kupilihlah sekolah yang baru berdiri yang bernama MAPKNU(saat itu kubaca #mapekenu) , terasa aneh nama itu namun harus ku pilih karena SPP nya paling murah dan itupun masih minta keringanan.
Saat itu bukan pondok namanya, tapi asrama yang ada ngajinya. Betapa terkejutnya aku saat masuk pertama kalinya disini teman2ku 60 siswa baru diantarkan kedua orang tuanya, kakek neneknya serta kerabatnya dengan mobil, pakaian mereka ditaruh didalam koper, tapi aku saat itu naik bemo sendirian dan pakaianku kutaruh dalam kresek warna hitam dan bersandal jepit, namun bukan masalah bagiku yang penting aku bisa sekolah.
Disinilah aku tahu tentang NU, disinilah ada pelajaran ke-NU-an, padahal pendidikanku sebelumnya dibawah maarif tapi tidak diajarkan ke-NU-an adanya hanya di jadwal ujian saja.
Sekolah yang baru berdiri kukira yang sekolah hanya anak sekitar karangploso, tapi ternyata dari berbagai kota di wilayah Jawa Timur dan lagi mereka bukan anak orang biasa, banyak anak kiai, guru dan pengusaha dan rata2 anak orang berada sedangkan aku hanya anak seorang pencari kayu bakar yang beralih pekerjaan menjadi kuli panggul di pasar Karangploso, ada rasa minder saat itu namun aku harus tetap optimis. Disini aku mengenal berbagai karakter, disini aku bertemu guru2 yang hebat.
Ketika liburan semester abah masih sempat mengantarkan santri pulang dan mengunjungi wali murid. Meskipun duduk di bangku kayu yang reot di rumah yang berdinding bambu dan berlantai tanahpun abah dengan ramahnya tanpa memandang status sosial.
Anak beliau Nahdliyatul qodriyah saat itu masih Mts dan Nahdil khoir masih di MI serta Ahsanul Izzah belum sekolah sangat akrab dengan kami, alhamdulillah aku bersama orang2 hebat, punya teman2 yang hebat dan pastinya guru2ku orang2 hebat. Aku bersyukur telah mengenal semuanya hingga lulus yang semula 60 siswa yang bertahan hingga menamatkan pendidikan dan di wisuda pada tahun 1993 berjumlah 42 siswa.
Dikala kesendirianku merenung akan banyaknya salahku dimasa lalu, hanya iringan do'a dan tetesan air mata yang menemaniku saat ini
Abah.... Maafkan kami semua santrimu yang kurang berbakti
Terimakasih Abah yang telah membimbing kami
Terimakasih atas segala do'a yang abah panjatkan untuk kami....
Abah meninggal dengan senyuman
Semoga damai disana
Semoga keluarga tabah dan jadilah seperti abah....
#Karangploso_04 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar