Minggu, 28 Mei 2017

Malam Lailatul Qodar

Posted by Manu karlos on 07.35 with No comments

SEMOGA BERMAMFAAT

Menurut kitab bajuri
Klo awal puasa hari sabtu inshaa alloh lailatul qodar jatuh pd mlm k21 (mlm jumat/mlm tgl 15juni)

Tp klo dlm kitab jamal mnurut pendpt imam ghozali
Bila awal romadhon  pd hari sabtu  maka lailatul qodar inshaa alloh jatuh pd mlm k 23 (mlm minggu / mlm tgl 17 juni)

كما اختاره الغزالي وغيره وقالوا إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو يوم الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين. حشية جمل على المنهج .ص 480

حاشية الشيخ إبن إبرهيم الباجورى ج 1 ص 452
وإناجميعا إن نصم يوم جمعة # ففى تاسع العشرين خذ ليلة القدر
وإن كان يوم السبت أول صومنا#فحادي وعشرين إعتمده بلاعذر
وإن هلّ يوم الصوم فى أحد # ففى سابع العشرين مارمت فاستقر
وإن هلّ بالإثنين فاعلم بأنّه # يوافيك نيل الوصل فى تاسع العشرى
ويوم الثلاثاإن بدا الشهرفاعتمد # على خامس العشرين تحظ بها القدر
وفى الأربعاء إن هلّ يامن يرومها # فدونك فاطلب وصلها سابع العشي
ويوم الخميس إن بدا الشهر فاجتهد # توافيك بعد العشر فى ليلة الوتر

Senin, 08 Mei 2017

AKIDAH ASWAJA

Posted by Manu karlos on 19.02 with No comments

AKIDAH ASWAJA DAN HTI, SAMAKAH?

Sekitar bulan Pebruari yang lalu, saya kedatangan tamu beberapa ikhwan HTI, yang dua orang memiliki keilmuan yang bagus dan satu almamater dengan saya. Sebelum datang ke rumah saya, mereka telah berkomunikasi melalui telepon beberapa hari sebelumnya prihal akan kedatangan mereka ke rumah saya. Saya tidak berpikir bahwa mereka kader HTI dan satu almamater dengan saya. Memang salah satu dari teman sealmamater dengan saya tersebut, saya kenal lama, bahkan sejak beberapa tahun yang lalu dalam sebuah acara MWC NU di daerah Malang bagian selatan dekat Kabupatean Lumajang.

Setelah pembicaraan basa-basi selesai antara kami, Ustadz HTI yang satu almamater dan bahkan kabarnya pernah mengenyam pendidikan di Yaman di lembaganya Habib Salim al-Syathiri, beliau segera mengutarakan tujuan kedatangannya ke rumah saya. Singkat cerita, menurutnya antara Ahlussunnah Wal-Jamaah tidak ada bedanya dengan HTI dalam akidah. Simpelnya, dialog kami kurang lebihnya sebagai berikut:

HTI: Tidak ada perbedaan antara akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah dengan HTI.

SAYA: Jelas sekali perbedaannya. Menurut HTI, seperi dijelaskan oleh pendirinya, Syaikh Taqiyuddin al-Nabhani, perbuatan manusia yang disengaja (al-af’al al-khtiyariyyah), tidak ada hubungannya dengan ketentuan Allah, dan ketentuan Allah juga tidak ada hubungan dengannya. Pernyataan ini jelas sekali berbeda dengan keyakinan mayoritas umat Islam, yaitu Ahlussunnah Wal-Jamaah, bahwa semua perbuatan manusia yang disengaja dan tidak disengaja, adalah ciptaan dan ketentuan Allah. Dalam hal ini, Hizbut Tahrir mengikuti manhaj Mu’tazilah, Syiah Imamiyah dan Zaidiyah.

HTI: Dalam keyakinan kami, perbuatan manusia yang disengaja, memang tidak ada hubungannya dengan ketentuan Allah. Tetapi kami berpendapat bahwa Allah telah menciptakan khashiyah (keistimewaan khusus, atau semacam kemampuan) pada seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi kemampuan berbuat pada manusia itu juga ciptaan Allah.

SAYA: Justru dengan pendapat tersebut berarti HTI berbeda dengan Ahlussunnah Wal-Jamaah. Dalam kitab-kitab akidah dijelaskan:

ومن يقل بالقوة المودعة ##  فذاك بدعي فلا تلتفت

Orang yang berpendapat bahwa pengaruh sesuatu itu sebab ada kekuatan yang diciptakan oleh Allah di dalamnya, maka ia adalah ahli bid’ah (yang sesat) dan tidak boleh ditoleh (diperhitungkan).

Dengan demikian, alasan yang Anda kemukakan justru menunjukkan bahwa HTI memang berbeda dengan Ahlussunnah Wal-Jamaah.

Kemudian dalam kesempatan itu saya menjelaskan, bahwa dengan keyakinan bahwa pengaruh sesuatu atau perbuatan manusia disebabkan kekuatan yang diciptakan oleh Allah di dalamnya, HTI divonis sebagai ahli bid’ah yang sesat dan hukumnya dosa besar. Tetapi para ulama Ahlussunnah Wal-Jamaah tidak sampai mengkafirkan HTI, seperti halnya Mu’tazilah.

Dalam ilmu akidah, golongan Qadariyah itu ada dua golongan.

Pertama, Qadariyah pertama yang ghulat (ekstrem), yang berpendapat bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan dan ketentuan manusia itu sendiri. Tuhan tidak terlibat dalam perbuatan tersebut. Tuhan baru mengetahui perbuatan tersebut setelah terjadi dan dilakukan. Kelompok ini telah dikafirkan oleh para ulama, karena berarti menisbatkan kebodohan kepada Allah.

Kedua, Qadariyah kedua, yaitu golongan Mu’tazilah, Syiah Imamiyah, Zaidiyah dan HTI. Menurut mereka, perbuatan manusia yang disengaja adalah ciptaan dan ketentuan manusia, bukan ciptaan dan ketentuan Tuhan. Menurut mereka, Tuhan telah mengetahui apa yang akan mereka lakukan, sebelum mereka diciptakan atau sejak azali (tanpa permulaan). Oleh karena, golongan ini beranggapan bahwa Tuhan telah mengetauhi apa yang akan mereka lakukan sejak mereka belum diciptakan, mereka tidak dikafirkan oleh mayoritas umat Islam.

Imam al-Syafi’i mengatakan, golongan Mu’tazilah dan pengikutnya, dalam hal ketidakpercayaannya kepada ketentuan Allah terhadap perbuatan mereka yang disengaja, sangat mudah dipatahkan dengan keyakinan mereka sendiri yang mengatakan bahwa Allah mengetahui perbuatan mereka sebelum mereka diciptakan. Misalnya kita bertanya kepada HTI, benarkah perbuatan manusia yang disengaja atau yang dikuasai adalah ciptaan dan ketentuan manusia, bukan ciptaan dan ketentuan Tuhan? Ia akan menjawab, benar.

Lalu HTI ditanya lagi, apakah Tuhan telah mengetahui perbuatan mereka, sebelum mereka diciptakan? Kalau HTI menjawab, Tuhan tidak tahu, berarti mereka menisbatkan kebodohan kepada Allah, dan hukumnya kufur. Kalau mereka menjawab, Tuhan mengetahui perbuatan mereka sebelum mereka diciptakan. Maka jawaban ini akan melahirkan pertanyaan lanjutan kepada mereka. Kalau begitu, siapa yang merencanakan perbuatan tersebut? Kalau HTI menjawab, yang merencanakan adalah mereka sendiri, maka jawaban ini tidak rasional. Bagaimana mungkin, makhluk yang belum diciptakan telah merencanakan sesuatu yang akan ia lakukan? Apabila HTI menjawab, bahwa yang merencanakan perbuatan tersebut adalah Tuhan, maka itulah sebenanya keyakinan Ahlussunnah Wal-Jamaah terhadap keberadaan takdir dan ketentuan Allah.

Demikian penggalan dialog kami dengan sahabat HTI. Dalam penjelasan tersebut, sahabat dari HTI dapat menerima penjelasan dari saya. Alhamdulillah. Kini, kabarnya HTI telah dibubarkan oleh pemerintah. Semoga mereka kembali kepada Ahlussunnah Wal-Jamaah.

Kita harus mengakui,dengan jujur, tidak semua apa yang diperjuangkan dan disebarkan HTI itu salah. Orang-orang HTI memiliki ghirah yang tinggi terhadap dijalankannya syariah Islam oleh umat Islam sendiri, penanaman akhlak Islami, terutama untuk kalangan remaja dan pemuda yang semakin lama semakin tergerus oleh arus modernisasi global. Bahkan dalam beberapa pertemuan kami dengan orang-orang HTI, mereka menawarkan kita untuk melakukan poligami aman dan damai. Wallahu a’lam.
(Kiai Idrus).

Ngaji Ta'limul Muta'alim

Posted by Manu karlos on 17.21 with No comments

NIAT DI WAKTU BELAJAR

Niat Belajar.

ثم لابد له من النية فى زمان تعلم العلم، إذ النية هى الأصل فى جميع الأفعال لقوله عليه السلام: إنما الأعمال بالنيات. حديث صحيح.

Wajib berniat waktu belajar. Sebab niat itu menjadi pokok dari segala hal, sebagaimana sabda nabi saw : Sesungguhnya amal-amal perbuatan itu terserah niatnya” Hadits shahih.

[روى] عن رسول الله صلى الله عليه وسلم: كم من عمل يتصور بصورة عمل الدنيا، ثم يصير بحسن النية من أعمال الآخرة، وكم من عمل يتصور بصورة عمل الآخرة ثم يصير من أعمال الدنيا بسوء النية.

Dari beliau pula diriwayatkan sebuah hadits : ”Banyak amal perbuatan yang berbentuk amal dunia, lalu menjadi amal akhirat yang karena bururk niatnya maka menjadi amal dunia.”

Niatan Baik dan Buruk.

وينبغى أن ينوى المتعلم بطلب العلم رضاء الله والدار الآخرة، وإزالة الجهل عن نفسه، وعن سائر الجهال، وإحياء الدين وإبقاء الإسلام، فإن بقاء الإسلام بالعلم، ولايصح الزهد والتقوى مع الجهل.

وأنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الدين صاحب الهداية لبعضهم شعرا:

فـساد كـبير عـالم مـتهتـك وأكـبر منه جاهل متنسك

هما فتنة للعالمين عظيمة لمن بهما فى دينه يتمسك

Di waktu belajar hendaklah berniat mencari Ridha Allah swt. Kebahagian akhirat, memerangi kebodohan sendiri dan segenap kaum bodoh, mengembangkan agama dan melanggengkan islam sebab kelanggengan islam itu harus diwujudkan dengan ilmu. Zuhud dan taqwapun tidak sah jika tanpa berdasar ilmu.

Syaikhul imam Ajall Burhanuddin Shahibul Hidayah menyanyikan syair gubahan sebagian ulama :

Hancur lebur, orang alim tak teratur

Lebih lebur, bila si jahil ibadah ngawur

Keduanya menjadi fitnah,menimpa ganas di dunia

Atas yang mengikutinya, sebagai dasar peri agama.

وينوى به: الشكر على نعمة العقل، وصحة البدن, ولا ينوى به إقبال الناس عليه، ولا استجلاب حطام الدنيا، والكرامة عند السلطان وغيره.

Dengan belajar pula, hendaklah diniati untuk mensyukuri kenikmatan akal dan badan yang sehat. Belajar jangan diniatkan untuk mencari pengaruh, kenikmatan dunia ataupun kehormatan di depan sultan dan penguasai-penguasa lain.

وقال محمد بن الحسن رحمة الله عليهما: لو كان الناس كلهم عبيدى لأعتقتهم وتبرأت عن ولائهم.

Muhammad Ibnul Hasan berucap: ‘andaikan seluruh manusia itu manjadi budak belianku, niscaya kumerdekakan seluruhnya dan bebaskan dari kekuasaanku.”

Kelezatan dan Hikmah Ilmu.

[وذلك لأن] من وجد لذة العلم والعمل به، قلما يرغب فيما عند الناس. أنشدنا الشيخ الإمام الأجل الأستاذ قوام الدين حماد بن إبراهيم بن إسماعيل الصفار الأنصارى إملاء لأبى حنيفة رحمة الله عليه:

من طلب العلم للمعاد فاز بفضل من الرشاد

فـيالخسـران طالـبيـه لـنيل فـضل من العباد

Siapa saja telah merasakan kelezatan rasa ilmu dan amal, maka semakin kecillah kegemarannya akan harta benda dunia. Syaikhul Imamil Ajall Ustadz Qawamuddin Hammad bin Ibrahim bin ismail Ash-Shoffar Al-Anshoriy membacakan kami syair imla’ abu hanifah :

Siapa saja gerangan, menuntut ilmu untuk hari kemudian untuklah dapat keutamaan, anugrah Allah penunjuk jalan

Aduh, saja merugi, penuntut ilmu nan suci

Hanya buat sesuap nasi, dari hamba ilahi.

اللهم إلا إّذا طلب الجاه للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر، وتنفيذ الحق، وإعزاز الدين لا لنفسه وهواه، فيجوز ذلك بقدر ما يقيم به الأمر بالمعروف والنهى عن المنكر.

Tetapi jikalau dalam meraih keagungan itu demi amar ma’ruf nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan meluhurkan agama bukan untuk keperluan hawa nafsu sendiri makadiperbolehkan sejauh batas telah dapat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar tersebut.

وينبغى لطالب العلم: أن يتفكر فى ذلك، فإنه يتعلم العلم بجهد كثير، فلايصرفه إلى الدنيا الحقيرة القليلة الفانية. (قال النبى صلى الله عليه وسلم: اتقوا الدنيا، فوالذى نفس محمد بيده إنها لأسحر من هاروت وماروت). شعر:

هى الـدنيا أقـل مـن الـقـليل وعاشقها أذل من الذليل

تصم بسحرها قوما وتعمى فـهم مـتخيرون بلا دليل

Penuntut ilmu hendaknya memperhatikan apa yang tersebut diatas. Ia telah mengatasi kepayahan yang cukup banyak, maka jangan sampai ilmu yang telah ia peroleh itu digunakan sarana bendahara duniawi yang hina, sedikit nilainya dan segera hancur ini. Syair menyebutkan :

Dunia itu sedikit, dan paling sedikit

Pecintanyapun hina, nan hina dina

Sihir dunia, membuat tuli dan buta

Kebingungan, tak tahu ke mana jalan

Pantangan Ahli ilmu.

وينبغى لأهل العلم أن لايذل نفسه بالطمع فى غير المطمع ويحترز عما فيه مذلة العلم وأهله. ويكون متواضعا، والتواضع بين التكبر والذلة، والعفة كذلك، ويعرف ذلك فى كتاب الأخلاق

Orang berilmu itu hendaklah jangan membuat dirinya sendiri menjadi hina lantaran tamak terhadap sesuatu yang tidak semestinya, jangan sampai terjerumus ke dalam lembah kehinaan ilmu dan ahli ilmu. Ia supaya berbuat tawadu’ (sikap tengah-tengah antara sombong dan kecil hati), berbuat iffah, yang keterangan lebih jauhya bisa kita dapati dalam kitab akhlaq.

أنشدنى الشيخ الإمام الأستاذ ركن الدين المعروف بالأديب المختار شعرا لنفسه:

Syaikhul imamil ajall ustadz ruknul islam yang terkenal sebagai sasterawan ternama mengemukakan gubahan syi’irnya:

إن الـتواضـع مـن خـصـال المـتقى وبه التقى إلى المـعالى يرتقى

ومن العجائب عجب من هو جاهل فى حالة أهو السعيد أم الشقى

أم كـيـف يخــتم عـمـره أو روحــه يوم الـنوى مـتسفل أو مرتقى

والـكـــبـريـاء لـربـنـا صــفـة لــــه مـخـصـوصة فتجـنبها واتقى

Tata kerama, benar-benar budi orang taqwa

Ia menanjak tinggi, dengan sikap

Ajaib, ajaiblah orang tidak tahu dirinya sendiri

Bahagiakah nanti, apa malah celaka diri ?

Bagaimana waktu meninggalkan dunia, pungkasan umur nyawanya.

Suul khatimah, apa husnul khatimah?

Keagungan, itu khusus sifat ar-rahman

Singkirlah, waspadalah!

قال أبو حنيفة رحمة الله عليه لأصحابه: عظموا عمائمكم ووسعوا أكمامكم. وإنما قال ذلك لئلا يستخف بالعلم وأهله

Kepada sahanat-sahabatnya, abu Hanifah berkata : ”besarkanlah putaran serban kalian, dan perlebarlah lobang lengan baju kalian”. ucapan ini dikemukakan agar supaya ilmu dan ahli ilmu tidak terpandang remeh.

Saran Khusus Buat pelajar.

وينبغى لطالب العلم أن يحصل كتاب الوصية التى كتبها أبو حنيفة رضى الله عليه ليوسف بن خالد السمتى عند الرجوع إلى أهله، يجده من يطلب العل وقد كان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين على بن أبو بكر قدس الله روحه العزيز أمرنى بكتابته عند الرجوع إلى بلدى فكتبته، ولابد للمدرس والمفتى فى معاملات الناس منه، وبالله التوفيق.

Sebaiknya pelajar bisa mendapatkan buku wasiat tulisan Abu Hanifah (yang tadinya) untuk Yusuf Bin Khalid As-Simty waktu pulang kembali ketengah-tengah keluarganya. Dan buku ini bisa didapatkan oleh yang mau mencarinya. Guru kita sendiri, yaitu Syaikhul Imam Burhanul Immah Aliy Abu Bakar semoga Allah mensucikan ruhnya yang mulya itu adalah juga memerintahkan kami waktu mau pulang ke daerah agar menulis buku tersebut, dan kamipun melakukannya. Sang guru dan mufti (pemberi fatwa) bidang pergaulan manusia, tidak boleh tidak juga memegangi buku wasiat tersebut.


Sabtu, 06 Mei 2017

Ngaji Ta'limul muta'alim

Posted by Manu karlos on 06.06 with No comments

MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU

Mengagungkan ilmu

اعلم أن طالب العلم لا ينال العلم ولا ينتفع به إلا بتعظيم العلم وأهله، وتعظيم الأستاذ وتوقيره.

Penting diketahui, Seorang pelajar tidak akan memperoleh kesuksesan ilmu dan tidak pula ilmunya dapat bermanfaat, selain jika mau mengagungkan ilmu itu sendiri, ahli ilmu, dan menghormati keagungan gurunya.

قيل: ما وصل من وصل إلا بالحرمة، وما سقط من سقط إلا بترك الحرمة. وقيل: الحرمة خير من الطاعة، ألا ترى أن الإنسان لا يكفر بالمعصية، وإنما يكفر باستخفافها، وبترك الحرمة. ومن تعظيم العلم تعظيم الأستاذ

Ada dikatakan : “Dapatnya orang mencapai sesuatu hanya karena mengagungkan sesuatu itu, dan gagalnya pula karena tidak mau mengagungkannya. “Tidaklah anda telah tahu, manusia tidak menjadi kafir karena maksiatnya, tapi jadi kafir lantaran tidak mengagungkan Allah.

Mengagungkan Guru

قال على رضى الله عنه: أنا عبد من علمنى حرفا واحدا، إن شاء باع، وإن شاء استرق.

Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu menghormati pada sang guru. Ali ra berkata: “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, di merdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”

وقد أنشدت فى ذلك:

رأيت أحق الحق حق المعلم وأوجـبه حفظا على كل مسلم

لقد حق أن يهدى إليه كرامة لتعليم حرف واحد ألف درهم

فإن من علمك حرفا واحدا مما تحتاج إليه فى الدين فهو أبوك فى الدين.

Dalam masalah ini saya kemukakan Syi’irnya:

Keyakinanku tentang haq guru, hak paling hak adalah itu

Paling wajib di pelihara, oleh muslim seluruhnya

demi memulyakan, hadiah berhak di haturkan

seharga dirham seribu, tuk mengajar huruf yang Satu

Memang benar, orang yang mengajarmu satu huruf ilmu yang diperlukan dalam urusan agamamu, adalah bapak dalam kehidupan agamamu.

وكان أستاذنا الشيخ الإمام سديد الدين الشيرازى يقول: قال مشايخنا: من أراد أن يكون ابنه عالما ينبغى أن يراعى الغرباء من الفقهاء، ويكرمهم ويطعمهم ويطيعهم شيئا، وإن لم يكن ابنه عالما يكون حفيده عالما.

Guru kita Syaikhul Imam Sadiduddin Asy-Syairaziy berkata : Guru-guru kami berucap : “bagi orang yang ingin putranya alim, hendaklah suka memelihara, memulyakan, mengagungkan, dan menghaturkan hadiah kepada kaum ahli agama yang tengah dalam pengembaraan ilmiyahnya. Kalau toh ternyata bukan putranya yang alim, maka cucunyalah nanti.”

ومن توقير المعلم أن لايمشى أمامه، ولا يجلس مكانه، ولا يبتدئ بالكلام عنده إلا بإذنه، ولا يكثر الكلام عنده، ولا يسأل شيئا عند ملالته ويراعى الوقت، ولا يدق الباب بل يصبر حتى يخرج الأستاذ.

Termasuk arti menghormati guru, yaitu jangan berjalan di depannya, duduk di tempatnya, memulai mengajak bicara kecuali atas perkenan darinya, berbicara macam-macam darinya, dan menanyakan hal-hal yang membosankannya, cukuplah dengan sabar menanti diluar hingga ia sendiri yang keluar dari rumah.

فالحاصل: أنه يطلب رضاه، ويجتنب سخطه، ويمتثل أمره فى غير معصية لله تعالى، فإنه لا طاعة للمخلوق فى معصية الخالق كما قال النبى صلى الله عليه وسلم: إن شر الناس من يذهب دينه لدنيا بمعصية الخالق. ومن توقيره: توقير أولاده ومن يتعلق به.

Pada pokoknya, adalah melakukan hal-hal yang membuatnya rela, menjauhkan amarahnya dan menjungjung tinggi perintahnya yang tidak bertentangan dengan agama, sebab orang tidak boleh taat kepada makhluk dalam melakukan perbuatan durhak kepada Allah Maha Pencipta. Termasuk arti menghormati guru pula, yaitu menghormati putera dan semua oarang yang bersangkut paut dengannya.

وكان أستاذنا شيخ الإسلام برهان الدين صاحب الهداية رحمة الله عليه حكى: أن واحدا من أكابر الأئمة بخارى كان يجلس مجلس الدرس، وكان يقوم فى خلال الدرس أحيانا فسألوا عنه, فقال: إن ابن أستاذى يلعب مع الصبيان فى السكة، ويجيئ أحيانا إلى باب المسجد، فإذا رأيته أقوم له تعظيما لأستاذى.

Di sini Guru kita Syaikhul Islam Burhanuiddin Shahibul Hidayah pernah bercerita bahwa ada seorang imam besar di Bochara, pada suatu ketika sedang asyiknya di tenmgah majlis belajar ia sering berdiri lalu duduk kembali. Setelah ditanyai kenapa demikian, lalu jawabnya : ada seorang putra guruku yang sedang main-main dihalaman rumah dengan teman-temannya, bila saya melihatnya sayapun berdiri demi menghormati guruku.

والقاضى الإمام فخر الدين الأرسابندى كان رئيس الأئمة فى مرو وكان السلطان يحترمه غاية الاحترام وكان يقول: إنما وجدت بهذا المنصب بخدمة الأستاذ فإنى كنت أخدم الأستاذ القاضى الإمام أبا زيد الدبوسى وكنت أخدمه وأطبخ طعامه [ثلاثين سنة] ولا آكل منه شيئا.

Qodli Imam Fakhruddin Al-Arsyabandiy yang menjabat kepala para imam di marwa lagi pula sangat di hormati sultan itu berkata : “Saya bisa menduduki derajat ini, hanyalah berkah saya menghormati guruku. Saya menjadi tukang masak makanan beliau, yaitu beliau Abi Yazid Ad-Dabbusiy, sedang kami tidak turut memakannya.”

وكان الشيخ الإمام الأجل شمس الأئمة الحلوانى رحمة الله عليه قد خرج من بخارى وسكن فى بعض القرى أياما لحادثة وقعت له وقد زاره تلاميذه غير الشيخ الإمام شمس الأئمة القاضى بكر بن محمد الزرنجرى رحمه الله تعالى، فقال له حين لقيه: لماذا لم تزرنى؟ قال: كنت مشغولا بخدمة الولادة. قال: ترزق العمر، لاترزق رونق الدرس، وكان كذلك، فإنه كان يسكن فى أكثر أوقاته فى القرى ولم ينتظم له الدرس

Syaikhul Imamil Ajall Syaikhul Aimmah Al-Khulwaniy, karena suatu peristiwa yang menimpa dirinya, maka berpindah untuk beberapa lama, dari Bochara kesuatu pedesaan. Semua muridnya berziarah kesana kecuali satu orang saja, yaitu syaikhul imam Al-qadli Abu Bakar Az-Zarnujiy. Setelah suatu saat bisa bertemu, beliau bertanya: “kenapa engkau tidak menjengukku? Jawabnya : “Maaf tuan, saya sibuk merawat ibuku” beliau berkata: “Engkau dianugrahi panjang usia, tetapi tidak mndapat anugrah buah manis belajar.” Lalu kenyataanya seperti itu, hingga sebagian banyak waktu Az-Zarnujiy digunakan tinggal di pedesaan yang membuatnya kesulitan belajar.

فمن تأذى منه أستاذه يحرم بركة العلم ولا ينتفع بالعلم إلا قليلا.

[إن الـمـعلم والطـبيب كـلاهـما! لا ينصحـان إذا هـما لم يكــرما]

[فاصبر لدائك إن جفوت طبيبه! واقنع بجهلك إن جفوت معلما]

Barang siapa melukai hati sang gurunya, berkah ilmunya tertutup dan hanya sedikit kemamfaatannya.

Sungguh, dokter dan guru

Tak akan memberi nasehat, bila tak di hormat

terimalah penyakitmu, bila kau acuh doktermu

dan terimalah bodohmu, bila kau tentang sang guru

حكى أن الخليفة هارون راشيد بعث ابنه إلى الأصمعى ليعلمه العلم والأدب فرآه يوما يتوضأ ويغسل رجله، وابن الخليفة يصب الماء على رجله، فعاتب الأصمعى [فى ذلك] بقوله: إنما بعثت إليك لتعلمه وتؤدبه فلماذا لم تأمره بأن يصب الماء بإحدى يديه، ويغسل بالأخرى رجلك؟

Suatu hikayat : Khalifah Harun Ar-Rasyid mengirim putranya kepada Al-Ashma’iy agar diajar ilmu dan adab. Pada suatu hari, Khalifah melihat Al-Ashma’iy berwudlu dan membasuh sendiri kakinya, sedang putra khalifah cukup menuang air pada kaki tersebut. Maka, Khalifahpun menegur dan ujarnya : “Putraku saya kirim kemari agar engkau ajar dan didik; tapi mengapa tidak kau perintahkan agar satu tangannya menuang air dan tangan satunya lagi membasuh kakimu?”

Memulyakan Kitab

ومن تعظيم العلم: تعظيم الكتاب، فينبغى لطالب العلم أن لا يأخذ الكتاب إلا بطهارة. وحكىعن الشيخ شمس الأئمة الحلوانى رحمه الله تعالى أنه قال: إنما نلت هذا العلم بالتعظيم، فإنى ما أخذت الكاغد إلا بطهارة. والشيخ الإمام شمس الأئمة السرخسى كان مبطونا فى ليلة، وكان يكرر، وتوضأ فى تلك الليلة سبع عشرة مرة لأنه كان لا يكرر إلا بالطهارة، وهذا لأن العلم نور والوضوء نور فيزداد نور العلم به.

Termasuk arti mengagungkan ilmu, yaitu memulyakan kitab, karena itu, sebaiknya pelajar jika mengambil kitabnya itu selalu dalam keadaan suci. Hikayat, bahwa Syaikhul islam Syamsul Aimmah Al-Khulwaniy pernah berkata : “Hanya saya dapati ilmu ilmuku ini adalah dengan mengagungkan. Sungguh, saya mengambil kertas belajarku selalu dalam keadaan suci.

Syaikhul Imam Syamsul Aimmah As-sarkhasiy pada suatu malam mengulang kembali pelajaran-pelajarnnya yang terdahulu, kebetulan terkena sakit perut. Jadi sering kentut. Untuk itu ia melakukan 17 kali berwudlu dalam satu malam tersebut, karena mempertahankan supaya belajar dalam keadaan suci. Demikianlah sebab ilmu itu cahaya, wudlupun cahaya. Dan cahaya ilmu akan semakin cemerlang bila di barengi cahaya berwudlu.

ومن التعظيم الواجب للعالم أن لا يمد الرجل إلى الكتاب ويضع كتاب التفسير فوق سائر الكتب [تعظيما] ولا يضع شيئا آخر على الكتاب.

Termasuk memulykan yang harus dilakukan, hendaknya jangan membentangkan kaki kearah kitab. Kitab tafsir letaknya diatas kitab-kitab lain, dan jangan sampai menaruh sesuatu diatas kitab.

وكان أستاذنا الشيخ برهان الدين رحمه الله تعالى يحكى عن شيخ من المشايخ: أن فقيها كان وضع المحبرة على الكتاب، فقال له [بالفارسية]: برنيايى

Guru kita Burhanuddin pernah membawakan cerita dri seorang ulama yang mengtakan ada seoranag ahli fikih meletakan botol tinta di atas kitab. Ulama itu sraya berkata : “Tidak bermanfaat ilmumu.

وكان أستاذنا القاضى الإمام الأجل فخر الدين المعروف بقاضى خان رحمه الله تعالى يقول: إن يرد بذلك الاستخفاف فلا بأس بذلك والأولى أن يحترز عنه.

Guru kita Qodli Fakhrul Islam yang termasyur dengan Qodli Khan pernah berkata: “Kalau yang demikian itu tidak dimaksud meremehkan, maka tidak mengapalah. Namun lebih baiknya disingkiri saja.”

ومن التعظيم: أن يجود كتابة الكتاب ولا يقرمط ويترك الحاشية إى عند الضرورة.

ورأى أبو حنيفة رحمه الله تعالى كتابا يقرمط فى الكتابة فقال: لا تقرمط خطك، إن عشت تندم وإن مت تشتم. يعنى إذا شخت وضعف نور بصرك ندمت على ذلك.

وحكى عن الشيخ الإمام مجد الدين الصرخكى، حكى أنه قال: ما قرمطنا ندمنا، وما انتخبنا ندمنا، وما لم نقابل ندمنا

Termasuk pula arti mengagungkan, hendak menulis kitab sebaik mungkin. Jangan kabur, jangan pula membuat catatan penyela/penjelas yang membuat tulisan kitab tidak jelas lagi, kecuali terpaksa harus dibuat begitu. Abu hanifah pernah mengetahui seorang yang tidak jelas tulisannya, lalu ujarnya: “Jangan kau bikin tulisanmu tidak jelas, sedang kau kalau ada umur panjang akan hidup menyesal, dan jika mati akan dimaki.” Maksudnya, jika kau semakin tua dan matamua rabun, akan menyesali perbuatanmua sendiri itu. Diceritakan dari Syaikhul Imam Majduddin Ash-Shorhakiy pernah berkata: “Kami menyesal;I tulisan yang tidak jelas, catatan kami yang pilih-pilih dan pengetahuan yang tidak kami bandingkan dengan kitab lain.”

وينبغى أن يكون تقطيع الكتاب مربعا، فإنه تقطيع أبى حنيفة رحمه الله تعالى، وهو أيسر على الرفع والوضع والمطالعة

Sebaiknya format kitab itu persegi empat, sebagaimana format itu pulalah kitab-kitab Abu Hanifah. Dengan format tersebut, akan lebih memudahkan jika dibawa, diletakkan dan di muthalaah kembali.

وينبغى أن لا يكون فى الكتابة شيئ من الحمرة، فإنه من صنيع الفلاسفة لا صنيع السلف، ومن مشايخنا كرهوا استعمال المركب الأحمر.

Sebaiknya pula jangan ada warna merah didalam kitab, karena hal itu perbuatan kaum filsafat bukan ulama salaf. Lebih dari itu ada diantara guru-guru kita yang tidak suka memakai kendaraan yang berwarna merah.

Menghormati Teman

ومن تعظيم العلم: تعظيم الشركاء [فى طلب العلم والدرس] ومن يتعلم منه. والتملق مذموم إلا فى طلب العلم. فإنه ينبغى أن يتملق لأستاذه وشركائه ليستفيد منهم

Termasuk makna mengagungkan ilmu pula, yaitu menghormati teman belajar dan guru pengajar. Bercumbu rayu itu tidak dibenarkan, selain dalam menuntut ilmu. Malah sebaliknya di sini bercumbu rayu degnan guru dan teman sebangku pelajarannya.

Sikap Selalu Hormat Dan Khidmah

وينبغى لطالب العلم أن يستمع العلم والحكمة بالتعظيم والحرمة، وإن سمع مسألة واحدة أو حكمة واحدة ألف مرة. وقيل: من لم يكن تعظيمه بعد ألف مرة كتعظيمه فى أول مرة فليس بأهل العلم.

Hendaknya penuntut ilmu memperhatikan segala ilmu dan hikmah atas dasar selalu mengagungkan dan menghormati, sekalipun masalah yang itu-itu saja telah ia dengar seribu kali. Adalah dikatakan : “Barang siapa yang telah mengagungkannya setelah lebih dari 1000 kali tidak sebagaimana pada pertama kalinya, ia tidak termasuk ahli ilmu.”

Jangan Memilih Ilmu Sendiri

وينبغى لطالب العلم أن لا يختار نوع العلم بنفسه، بل يفوض أمره إلى الأستاذ، فإن الأستاذ قد حصل له التجارب فى ذلك، فكان أعرف بما ينبغى لكل واحد وما يليق بطبيعته.

Hendaklah sang murid jangan menentukan pilihan sendiri terhadap ilmu yang akan dipelajari. Hal itu dipersilahkan sang guru untuk menentukannya, karena dialah yang telah berkali-kali melakukan percobaan serta dia pula yang mengetahui ilmu yang sebaiknya diajarkan kepada seseorang dan sesuai dengan tabiatnya.

وكان الشيخ الإمام الأجل الأستاذ برهان الحق والدين رحمه الله تعالى يقول:

كان طلبة العلم فى الزمان الأول يفوضون أمرهم فى التعلم إلى اساتذهم، وكانوا يصلون إلى مقصودهم ومرادهم، والآن يختارون بأنفسهم، فلا يحصل مقصودهم من العلم والفقه.

Syaikhul Imam Agung Ustadz Burhanul Haq Waddin ra. Berkata: “Para siswa dimasa dahulu dengan suka rela menyerahkan sepenuhnya urusan-urusan belajar kepada gurunya, ternyata mereka peroleh sukses apa yang di idamkan; tetapi sekarang pada menentukan pilihan sendiri, akhirnyapun gagal cita-citanya dan tidak bisa mendapatkan ilmu dan fihq.”

وكان يحكى أن محمد بن إسماعيل البخارى رحمه الله تعالى كان بدأ بكتابة الصلاة على محمد بن الحسن رحمه الله، فقال له محمد بن الحسن: إذهب وتعلم علم الحديث، لما روى أن ذلك العلم أليق بطبعه، فطلب علم الحديث فصار فيه مقدما على جميع أئمة الحديث

Hikayat orang, bahwa Muhammad bin Ismail Al-Bukhariy pada mulanya adalah belajar shalat kepada Muhammad Ibnul Hasan. Lalu sang guru ini memerintahkan kepadanya : “Pergilah belajar ilmu hadist! “setelah mengetahui justru ilmu inilah yang lebih sesuai untuk Bukhariy. Akhirnya pun ia belajar hadist hingga menjadi imam hadist paling terkemuka.

Jangan Duduk Terlalu Dekat Dengan Guru

وينبغى لطالب العلم أن لايجلس قريبا من الأستاذ عند السبق بغير ضرورة، بل ينبغى أن يكون بينه وبين الأستاذ قدر القوس فإنه أقرب إلى التعظيم.

Diwaktu belajar, hendaklah jangan duduk terlalu mendekati gurunya, selain bila terpaksa. Duduklah sejauh antar busur panah. Karena dengan begitu, akan terlihat mengagungkan sang guru.

Menyingkiri Akhlak Tercela

وينبغى لطالب العلم أن يحترز عن الأخلاق الذميمة، فإنها كلاب معنوية، وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب أو صورة. وإنما يتعلم الإنسان بواسطة ملك.

والأخلاق الذميمة تعرف فى كتاب الأخلاق وكتابنا هذا لا يحتمل بيانها.

[وليحترز] خصوصا عن التكبر ومع التكبر لا يحصل العلم.

قيل: العلم حرب [للفتى] المتعالى كالسيل حرب للمكان العالى

قيل: بجـد لا بجــد كــل مـجــد فهل جد بلا جد بمجدى

فكم من عبد يقوم مقام حر وكم حر يقوم مقام عبد

Pelajar selalu memnjaga dirinya daripada akhlak-akhlak yang tercela. Karena akhlak buruk itu ibarat anjing. Rasulullah saw bersabda: “Malaikat tidak akan masuk rumah yang di dalamnya terdapat gambar atau anjing”. Padahal orang belajar itu dengan perantara malaikat. Dan terutama yang disingkiri adalah sikap takabur dan sombong.

Syai’ir dikatakan:

ilmu itu musuh bagi penyombong diri

laksan air bah, musuh dataran tinggi

Diraih keagungan dengan kesungguhan bukan semata dengan harta tumpukan

bisakah agung didapat? Dengan harta tanpa semangat?

Banyak sahaya, menduduki tingkat merdeka

Banyak orang merdeka, menduduki tingkat sahaya

Ngaji Taqrib/Fathul Qorib

Posted by Manu karlos on 05.53 with No comments


BAB SHALAT JUM'AT

(فصل) وشرائط وجوب الجمعة سبعة أشياء: الإسلام والبلوغ والعقل والحرية والذكورية والصحة والاستيطان.
وشرائط فعلها ثلاثة: أن تكون البلد مصرا أو قرية. وأن يكون العدد أربعين من أهل الجمعة. وأن يكون الوقت باقيا فإن خرج الوقت أو عدمت الشروط صليت ظهرا
وفرائضها ثلاثة: خطبتان يقوم فيهما ويجلس بينهما وأن تصلى ركعتين في جماعة.
وهيئاتها أربع خصال: الغسل وتنظيف الجسد ولبس الثياب البيض وأخذ الظفر والطيب.
ويستحب: الإنصات في وقت الخطبة ومن دخل والإمام يخطب صلى ركعتين خفيفتين ثم يجلس.

_SYARAT WAJIBNYA JUM'AT_

Syarat wajibnya shalat Jum'at ada 7 perkara:
(a) Islam
(b) Baligh
(c) Berakal sehat
(d) Merdeka
(e) Laki-laki
(f) Sehat
(g) Bertempat tinggal tetap (mustautin).

_SYARAT PELAKSANAAN SHALAT JUM'AT_

Syarat melaksanakan shalat Jumat ada 3:

(a) Adanya tempat itu berupa kota atau desa.
(b) 40 jamaah Jum'at harus terdiri dari ahli Jum'at (yang diwajibkan shalat Jum'at)
(c) Waktunya cukup untuk melaksanakan shalat. Apabila waktunya habis atau syarat tidak terpenuhi, maka diganti shalat dzuhur.

_FARDHU/RUKUN-NYA SHALAT JUM'AT_

Fardhunya shalat Jum'at ada 3:

(a) Adanya 2 khutbah yang dilakukan dengan berdiri.
(b) Duduk di antara 2 khutbah.
(c) Shalat dua roka'at secara berjamaah.

_PERILAKU YANG DISUNNAHKAN DALAM JUM'AT_

Perilaku yang disunnahkan dalam Jum'at ada 4:

(a) Mandi keramas dan Membersihkan badan
(b) Mengenakan pakaian putih.
(c) Memotong kuku
(d) Memakai wewangian.

Dan disunnahkan diam di waktu khutbah. Apabila orang masuk masjid saat imam sedang khutbah hendaknya dia shalat 2  roka'at yang ringan kemudian duduk.

📚 *_Ikuti Terus Ngaji Kitab Taqrib/Fathul Qorib_* 😊❤

Jumat, 05 Mei 2017

Hidup Setelah Mati

Posted by Manu karlos on 05.40 with No comments

Kehidupan setelah Kematian

“Saudaraku, seandainya kematian merupakan tempat peristirahatan yang tenang dari seluruh keluh kesah hidup manusia di dunia… niscaya kematian merupakan suatu kabar gembira yang dinanti-natikan bagi setiap manusia… Akan tetapi kenyataannya berbeda… setelah kematian itu ada pertanggung jawaban dan ada kehidupan… kehidupan yang sebenarnya…”

Diantara keimanan kepada hari kiamat adalah meyakini bahwa setelah kematian ini ada kehidupan. Semuanya akan berlanjut ke alam kubur kemudian ke alam akhirat. Di sana ada pengadilan Allah Ta’alayang Maha Adil. Semua manusia akan diadili, mempertanggungjawabkan setiap amalan yang dia perbuat. Allah Ta’alaberfirman,

“Barangsiapa yang berbuat kebaikan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat hasilnya, dan barang siapa yang berbuat keburukan meskipun sekecil biji dzarah, niscaya dia akan melihat akibatnya” (QS. Al Zalzalah: 7-8)

Terakhir Saudaraku, jadilah orang yang cerdas. Orang yang cerdas dalam memandang hakikat kehidupan di dunia ini. Abdullah Ibnu Umar dia pernah berkata, ‘Aku bersama Rosulullahshallallahu ‘alaihi wasallam, lalu seorang laki-laki Anshar datang kepada beliau, kemudian mengucapkan salam kepada beliau, lalu dia berkata, ‘Wahai Rasulullah, manakah di antara kaum mukminin yang paling utama?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling baik akhlaknya di antara mereka.’ Dia berkata lagi, ‘Manakah di antara kaum mukminin yang paling cerdas?’. Beliau menjawab, ‘Yang paling banyak mengingat kematian di antara mereka, dan yang paling baik persiapannya setelah kematian. Mereka itu orang-orang yang cerdas.’” (HR. Ibnu Majah)

Semoga bermanfaat. Wallahul Muwaffiq ila Aqwamit Thariq

📚 *Ngaji Taqrib/Fathul Qorib

Posted by Manu karlos on 05.17 with No comments

SHALAT BAGI MUSAFIR: JAMAK DAN QASHAR

(فصل) ويجوز للمسافر قصر الصلاة الرباعية بخمس شرائط: أن يكون سفره في غير معصية. وأن تكون مسافته ستة عشر فرسخا. وأن يكون مؤديا للصلاة الرباعية. وأن ينوي القصر مع الإحرام. وأن لا يأتم بمقيم.

ويجوز للمسافر أن يجمع بين الظهر والعصر في وقت أيهما شاء وبين المغرب والعشاء في وقت أيهما شاء، ويجوز للحاضر في المطر أن يجمع بينهما في وقت الأولى منهما.

_SYARAT SHALAT QASHAR_

Boleh bagi musafir untuk mengqashar shalat yang empat raka'at menjadi 2 (dua) raka'at dengan 5 (lima) syarat:
(a) Bukan perjalanan maksiat.
(b) Jarak yang ditempuh mencapai 16 farsakh[1].
(c) Shalat empat raka'at.
(d) Niat qashar saat takbiratul ihram (takbir pertama).
(e) Tidak bermakmum pada orang yang mukim.

_SHALAT JAMAK_

Musafir boleh menjamak (mengumpulkan) shalat antara shalat dzuhur dan ashar dalam satu waktu yang mana saja dan antara shalat maghrib dan isya' di waktu mana saja yang disuka.[2]

Orang yang bukan musafir juga boleh menjamak shalat dalam keadaan hujan dengan syarat melakukannya di waktu yang pertama.

-----------
[1] 16 farsakh kira-kira antara 81 sampai 83 km.
[2] Menjamak shalat adalah mengumpulkan dua shalat fardhu dalam 1 (satu) waktu. Seperti, shalat dhuhur dan ashar dan maghrib dan isya'. Melakukan shalat dzuhur dan maghrib isya' di waktu dzuhur atau maghrib disebut jamak taqdim. Sedang melakukan shalat dzuhur dan maghrib isya' di waktu ashar atau isya' disebut jamak ta'khir.

📚 *_Ikuti Terus Ngaji Kitab Taqrib/Fathul Qorib_* 😊❤

Islam Dan Tradisi

Posted by Manu karlos on 02.32 with No comments

Islam Membenarkan Tradisi Baik Yang Tidak Melanggar Syariat

الْعُرْفُ مَا اسْتَقَرَّتِ النُّفُوْسُ عَلَيْهِ بِشَهَادَةِ الْعُقُوْلِ وَتَلَقَّتْهُ الطَّبَائِعُ باِلْقَبُوْلِ وَهُوَ حُجَّةٌ أَيْضًا وَالْعَادَةُ هِيَ مَا اسْتَمَرَّ النَّاسُ عَلَيْهِ عَلَى حُكْمِ الْعُقُوْلِ وَعَادُوْا إِلَيْهِ مَرَّةً بَعْدَ أُخْرَى. (التعريفات - ج 1 / ص 47)

“Urf atau kebiasaan, adalah sesuatu yang ditetapkan oleh hati dan rasional, serta diterima oleh watak manusia. Ufr juga sebuah hujjah atau dalil. Sedangkan Adat atau tradisi adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan orang-orang secara rasional, dan mereka melakukannya berulang-ulang” (Al-Jurjani, al-Ta’rifat 1/47)

Dalil yang dijadikan rujukan para ulama adalah Atsar Sahabatnya:

عَنْ عَبْدِ اللهِ قَالَ : مَا رَأَى الْمُسْلِمُوْنَ حَسَنًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ حَسَنٌ وَمَا رَآهُ الْمُسْلِمُوْنَ سَيّئًا فَهُوَ عِنْدَ اللهِ سَيِّىءٌ وَقَدْ رَأَى الصَّحَابَةُ جَمِيْعًا أَنْ يَسْتَخْلِفُوْا أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ (رواه احمد والحاكم والطبراني والبزار . قال الذهبي قي التلخيص : صحيح وقال الهيثمي رجاله ثقات)

“Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata: “Apa yang dilihat oleh umat Islam sebagai kebaikan, maka baik pula bagi Allah. Dan apa yang dilihat buruk oleh umat Islam, maka buruk pula bagi Allah. Para sahabat kesemuanya telah berpandangan untuk mengangkat khalifah Abu Bakar” (Riwayat Ahmad, al-Hakim, al-Thabrani dan al-Bazzar. Al-Dzahabi berkata: Sahih. Al-Haitsami berkata: Para perawinya terpercata)

Mufti Al-Azhar Mesir menegaskan:

وَهَذَا الْأَثَرُ اسْتَدَلَّ بِهِ جُمْهُوْرُ الْعُلَمَاءِ عَلَى أَنَّ الْعُرْفَ حُجَّةٌ فىِ التَّشْرِيْعِ وَلَكِنْ بِشَرْطِ عَدَمِ تَعَارُضِهِ مَعَ النُّصُوْصِ الصَّرِيْحَةِ وَالْأُصُوْلِ الْمُقَرَّرَةِ .... قَالَ الْعُلَمَاءُ : إِنَّ الْعُرْفَ لَا يُؤْخَذُ بِهِ إِلَّا بِشُرُوْطٍ مِنْهَا أَنْ يَكُوْنَ مُطَّرِدًا أَوْ غَالِبًا أَىْ شَائِعًا بَيْنَ الْكَثِيْرِيْنَ مَعَ مُرَاعَاةِ أَنَّ لِكُلِّ جَمَاعَةٍ عُرْفَهَا وَمِنْهَا أَلَّا يَكُوْنَ مُخَالِفًا لِنَصٍّ شَرْعِىٍّ كَشُرْبِ الْخَمْرِ وَلَعْبِ الْمَيْسِرِ وَالتَّعَامُلِ بِالرِّبَا ... (فتاوى الأزهر - ج 10 / ص 336)

Atsar ini dijadikan dalil oleh mayoritas ulama bahwa urf atau kebiasaan adalah sebuah dalil dalam agama, namun syaratnya tidak bertentangan dengan ajaran agama dan kaidah ushul yang telah ditetapkan... ulama berkata: Urf atau kebiasaan tidak digunakan kecuali dengan beberapa syarat, diantaranya harus berlaku secara umum oleh kebanyakan orang, serta melestarikan kebiasaan masing-masing. Diantaranya juga tidak bertentangan dengan dalil agama, seperti minum khamr, permainan judi dan transaksi riba...” (Fatawa al-Azhar 10/336)

Tradisi yang baik boleh diamalkan baik menurut Madzhab Syafi'iyah maupun Malikiyah. Contohnya adalah Tahlilan menurut Madzhab Malikiyah:

وَكَذَلِكَ التَّهْلِيلُ الَّذِي عَادَةُ النَّاسِ يَعْمَلُونَهُ الْيَوْمَ يَنْبَغِي أَنْ يُعْمَلَ وَيُعْتَمَدَ فِي ذَلِكَ عَلَى فَضْلِ اللهِ تَعَالَى وَمِنْ اللهِ تَعَالَى الْجُودُ وَالْإِحْسَانُ (مواهب الجليل في شرح مختصر الشيخ خليل المالكي - ج 5 / ص 454)

“Begitu pula Tahlil yang menjadi kebiasaan umat Islam yang diamalkan saat ini, dianjurkan untuk tetap dilakukan berdasarkan anugerah dan kebaikan dari Allah” (Mawahib al-jalil 5/454)

Dalam Tahlil misalnya, isinya adalah baca Qur'an, baca Dzikir dan sedekah. Adakah di dalamnya yang melanggar syariat? Jika tidak ada yang bertentangan dengan syariat maka sudah pasti diperbolehkan.

Ma'ruf Khozin, anggota LBM dan Aswaja Center PWNU Jatim

Kamis, 04 Mei 2017

Buah dari keikhlasan Abah KH M. Mansjur

Posted by Manu karlos on 17.02 with No comments


       Sore itu tepatnya sabtu,29 April 2017 seperti biasa sekitar jam 15.00 saya pulang dari kantor MANU Karangploso. Sebenarnya perasaan dan hati ingin sekali lgsg menuju Rumah sakit Prasetya Husada Ngijo Karlos tp karena membawa tas yang berisi dokumen penting akhirnya pulang untuk menaruh tas dan inginnya langsung ke Rumah sakit tapi karena mendengar iqomah sholat ashar di musholla samping rumah saya memutuskan untuk sholat ashar berjamaah dahulu. Selesai berjamaah dan baru masuk rumah sang isteri manggil sambil agak berteriak " Ayah!!!!! Abah Mansjur sedo di rmh sakit Ngijo ....tanpa pikir panjang aku langsung meluncur ke rmh sakit. Disana sdh bnyk berkerumun banyak orang dengan hujan tangis secara bersahut-sahutan dan ada yang histeris seakan tidak percaya kalo Abah sudah wafat...akhirnya aku pun langsung menuju ruang di mana Abah Mansjur selama sekitar 4 hari di rawat.....Ku perhatikan dan ku lihat jasad Abah sudah tidak bernyawa.....Innaa lillaahi wa innailai roojiun.... tanpa ku sadari air mata menetes  di pipi....menangislah diriku....teringat 27 tahun yang silam tepatnya 17 Juli 1990 aku mulai bertemu dan mengenal Abah Mansjur....27 tahun lamanya aku mengenal, mengetahui dan bersamanya.....waktu yang cukup lama itulah yang menyebabkan Abah bukan hanya sekedar guru dan pengasuh tapi lebih dari itu Abah bagaikan orangtuaku sendiri.... Selesai dalam lamunan dan tangisan aku langsung mendekat dan membantu mengeluarkan jenasah dari kamar menuju mobil jenazah bersama putra-putri beliau dan juga santri yang sangat dekat yaitu ust Pujiono....Akhirnya sampailah jenazah Abah di Ponpes PPAI Annahdliyah dan ternyata sudah ratusan warga dan santri sudah menunggu.....Di bawalah jenazah Abah ke Ndalem utara di sertai hujan tangis dari para santri dan warga serta kalimat tahlil......Tidak begitu lama jenazah di bawa ke kamar mandi untuk di sucikan dan alhamdulillah aku dan ust Pujiono  termasuk beruntung karena oleh Alloh swt di beri kesempatan bisa ikut memandikan serta merawat jenazah beliau di samping para putra dan putri beliau....Disaat proses mensucikan jenazah aku membuka jendela ternyata hujan lebat mengiringi prosesi pensucian dan perawatan jenazah....seakan-akan langit menangis dan ikut berbela sungkawa atas wafatnya Abah...Selesai prosesi perawatan jenazah ternyata di luar Ndalem sudah ratusan orang bertakziah dan semakin mendekati proses pemakaman seakan-akan pondok tidak muat menampung karena saking banyaknya orang yang takziah dan ingin memberikan penghormatan terakhir....Ada banyak ulama yang hadir....para tokoh politik,tokoh agama,para pejabat,para alumni dan warga. Bahkan alumni yang tidak pernah sowan dan nyambangi pondok pun hadir ketika mereka mendengar khabar Abah wafat....mereka merasa menyesal krn blm pernah sowan tp kali ini harus sowan setelah Abah sudah wafat.... ada alumni yang dari Lumajang,surabaya,banyuwangi,blitar,jombang,mojokerto,sidoarjo,gresik,tulungagung,trenggalik dan malang raya...mereka datang tanpa harus di undang seperti undangan reuni...tp mereka datang dgn kesadaran dan keterkaitan emosi yang kuat bahwa Abah memang bukan orang biasa tp luar biasa karena terbukti dengan perjuangan beliau dalam menegakkan dan memperjuangkan agama Islam melalui NU dan ponpes PPAI Annahdliyahnya. Bahkan para santri dan alumni tetap semangat mendoakan beliau dengan membaca surat yaasiin dan tahlil sampai malam ke 7 yang barusan di laksanakan. Menurut catatan tidak kurang hampir 300 orang ikut yasinan dan tahlilan serta puncaknya mlm ke 7 tadi yang di hadiri sekitar 500 orang....Semoga dengan banyaknya orang yang takziyah dan mendoakan beliau mrp salah satu tanda khusnul khotimah dan buah dari keikhlasan perjuangan beliau karena memang keikhlasan tidak perlu tampak dan di tampak - tampakkan karena Alloh swt sendirilah yang akan menampakkan buah dari keiklasan seseorang sebagaimana hal ini pernah di sampaikan oleh Almaghfulloh KH A. Hasyim Muzadi. " Selamat Jalan Abah KH M. Mansjur Semoga Alloh swt menerima segala amal ibadah dan mengampuni segala kesalahan dan dosa  Abah dan Alloh menjadikan kubur panjenengan sebagai taman dari taman- taman surga. Aamiin.
Semoga Alloh swt memberikan kekuatan,kesabaran,kesehatan,kemampuan dan keikhlasan lahir batin kepada para putra-putri, dzurriyah dan para alumni utk meneruskan perjuangan panjenengan. Aamiin yaa robbal Aalamiin ( Aa Fauzi Pho, salah satu santri perdana,4 Mei 2017 mlm ke 7 wafat Abah Mansjur)

Posted by Manu karlos on 09.59 with No comments

Abah....masih dlm kerinduan dan tangisku dlm doaku....abah masih kmrn aku berdiri berjam-jam  dan tertunduk dihadapanmu karna hafalan alfiyah,masih kemarin engkau panggil namaku tuk membaca kitab kuning di hadapanmu,abah.....masih kemarin engkau mencariku dlm kamar dan engkau temukan aku di belakang pintu,abah.....aku rindu semua itu....😭😭😭😭begitu cepat engkau meninggalkan kita semua...abah...


MENGENANG SOSOK ABAH MANSYUR

Saat kesehatan abah semakin menurun, beliau lupa nama orang2 disekitarnya dan saat kami angkatan perdana menjenguk belia,  Abah ditanyai ning Misbah Atul siapa nama kami satu persatu,  ternyata diantara kami abah masih ingat namaku.......
Minayah yo....!!!!! (kata beliau)

Tahun 1990 serasa masih kemarin saat pertama kali ku langkahkan kakiku disini,  itupun karena aku tersesat. Ya, tersesat di jalan yang benar.
Saat itu aku telah putus asa karena tak mungkin orang tuaku menyekolahkanku setara SMA, namun aku sangat ingin melanjutkan sekolah tuk menggapai cita2ku.

Ku kumpulkan semua brosur dan ku perlihatkan ke bapak dan kupilihlah sekolah yang baru berdiri yang bernama MAPKNU(saat itu kubaca #mapekenu) , terasa aneh nama itu namun harus ku pilih karena SPP nya paling murah dan itupun masih minta keringanan.

Saat itu bukan pondok namanya,  tapi asrama yang ada ngajinya. Betapa terkejutnya aku saat masuk pertama kalinya disini teman2ku 60 siswa baru diantarkan kedua orang tuanya,  kakek neneknya serta kerabatnya dengan mobil, pakaian mereka ditaruh didalam koper, tapi aku saat itu naik bemo sendirian dan pakaianku kutaruh dalam kresek warna hitam dan bersandal jepit, namun bukan masalah bagiku yang penting aku bisa sekolah.

Disinilah aku tahu tentang NU, disinilah ada pelajaran ke-NU-an, padahal pendidikanku sebelumnya dibawah maarif tapi tidak diajarkan ke-NU-an adanya hanya di jadwal ujian saja.

Sekolah yang baru berdiri kukira yang sekolah hanya anak sekitar karangploso, tapi ternyata dari berbagai kota di wilayah Jawa Timur dan lagi mereka bukan anak orang biasa, banyak anak kiai, guru dan pengusaha dan rata2 anak orang berada sedangkan aku hanya anak seorang pencari kayu bakar yang beralih pekerjaan menjadi kuli panggul di pasar Karangploso, ada rasa minder saat itu namun aku harus tetap optimis. Disini aku mengenal berbagai karakter, disini aku bertemu guru2 yang hebat.

Ketika liburan semester abah masih sempat mengantarkan santri pulang dan mengunjungi wali murid. Meskipun duduk di bangku kayu yang reot di rumah yang berdinding bambu dan berlantai tanahpun abah dengan ramahnya tanpa memandang status sosial.

Anak beliau Nahdliyatul qodriyah saat itu masih Mts dan Nahdil khoir masih di MI serta Ahsanul Izzah belum sekolah sangat akrab dengan kami, alhamdulillah aku bersama orang2 hebat, punya teman2 yang hebat dan pastinya guru2ku orang2 hebat. Aku bersyukur telah mengenal semuanya hingga lulus yang semula 60 siswa yang bertahan hingga menamatkan pendidikan dan di wisuda pada tahun 1993 berjumlah 42 siswa.

Dikala kesendirianku merenung akan banyaknya salahku dimasa lalu, hanya iringan do'a dan tetesan air mata yang menemaniku saat ini

Abah....  Maafkan kami semua santrimu yang kurang berbakti

Terimakasih Abah yang telah membimbing kami

Terimakasih atas segala do'a yang abah panjatkan untuk kami....

Abah meninggal dengan senyuman
Semoga damai disana

Semoga keluarga tabah dan jadilah seperti abah....

#Karangploso_04 Mei 2017

Senin, 01 Mei 2017

Drs. KH. Moh. Mansyur, S.H,
Kyai yang Terlihat Biasa. Tapi, Luar Biasa.

KH. Mochammad Mansjur, SH. Pengasuh PPAI An-Nahdliyah, Kepuharjo, Karangploso
“2 PENDIDIKAN YANG DIAMALKAN” Ilmu yang diperoleh di lembaga pendidikan merupakan salah satu modal untuk berjuang menyebarkan agama Islam di tengah-tengah masyarakat. Begitu juga yang diyakini oleh Kyai Mochammad Mansjur, Krangploso, Kabupaten Malang. 

Pendidikan agama yang diperoleh beliau di dua lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal (sekolah) maupun informal (Pondok Pesantren), merupakan modal bagi beliau untuk berkiprah di tengah-tengah masyarakat. 

Sudah PNS Tetap Nyantri. Pada mulanya pendidikan agama yang diperoleh oleh putera pasangan H. Abdul Hadi Sa’id dan Hj. Rohmah Badrun ini hanyalah sekolah formal. Kyai Mochammad Mansjur menempuh pendidikan Sekolah Dasar di daerah asal beliau, yaitu Ngijo, Karangploso.

Selanjutnya, beliau meneruskan pendidikan di PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) di Singosari, dan selanjutnya diteruskan di PGA (Pendidikan Guru Agama) Malang. Setamat dari pendidikan formal, mulailah tergerak hati beliau untuk menimba ilmu di pesantren. Keinginan ini didorong oleh semangat salah satu teman bermain beliau yang terlebih dahulu berada di pesantren sejak lulus dari Sekolah Dasar. 

Pada tahun 1964, saat berusia menginjak 19 tahun, berangkatlah Kyai Mansjur muda menimba ilmu di Pesanten Ketapang yang merupakan asuhan Kyai Muhammad Sa’id. Karena penidikan yang beliau tekuni sebelumnya berada di sekolah formal dengan sistem yang modern, sedikit banyak pemikiran beliau lebih maju dibandingkan santri-santri yang lainnya. Namun demikian, Kyai Mansjur harus banyak belajar untuk menghilangkan rasa ‘Sok Modern’. Dengan tekun, Kyai Mansjur pun mengikuti pengajian demi pengajian yang diberikan di pesantren. Salah satu pengajian pengasuh yang biasa diadakan sebelum Shubuh pun tak luput untuk beliau akui. Waktu-waktu berharga di pesantren benar-benar beliau manfaatkan sehingga pelajaran-pelajaran yang ada di pesantren dapat beliau kuasai. 

Pernah suatu ketika, kyai Said memberitahukan kepada para santri bahwa ada seorang santri dari Sidoarjo yang bernama Ustadz Abdul Rozak yang sebetulnya dia nyantri di pesantren Ketapang hanya beberapa bulan saja untuk tabarrukan. akan tetapi oleh kyai Sa’id malah diminta mengajar kitab Alfiyah selama beberapa waktu itu.akhirnya dipilihlah 15 orang santri di antaranya kyai Mansjur untuk mengikuti pengajian tersebut. Sewaktu berada di pesantren, kyai Mansjur sudah diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), mengajar di Madrasah Diniyah desa Jati Rejosono, dusun Mergosono Kepanjen dan juga diangkat untuk mengajar di PGA Kepanjen. Namun demikian beliau pun dengan disiplin membagi waktunya, sehingga kegiatan di pesantren bisa beliau ikuti dengan istiqomah.

”Selama di pesantren tersimpan kesan-kesan yang mendalam, khususnya saat diasuh dan dibina oleh kyai Sa’id,” kenang kyai Mansjur di hadapah kru Media Umat. “Meskipun hanya merasakan asuhan kyai Sa’id selam dua tahun, namun terasa nikmat bisa berguru pada beliau. Tutur kata beliau itu penuh dengan kata-kata mutiara dan selalu membekas di hati.” Lanjutnya.

Satu kata, Mbah kyai Sa’id pernah bercerita bahwa sebetulnya beliau enggan ditunjuk sebgai pengurus NU, beliau sebenarnya lebih suka membina ummat di pesantren saja. Namun karena diminta oleh para kyai untuk menjadi syuriah NU, beliau pun tidak bisa menolaknya. Sikap itu dikarenakan beliau telah mendapatkan isyaroh, hasil istikharah yang diterimanya bahwa Nahdlatul Ulama itu min ahlil khoir (ahli kebaikan), karena itulah beliau mengiyakan saat ditunjuk sebagai syuriah NU Kabupaten Malang dan beliau laksanakan tugas tersebut dengan penuh amanat. “Sikap dan isyaroh kyai Muhammad Sa’id inilah yang menjadi pegangan saya untuk ikut berjuang, berdakwah melalui organisasi Nahdlatul Ulama,” tutur Ketua syuriah NU Kabupaten Malang ini.

KH. Moch. Mansjur & Alm. Kyai Machfudz Mewujudkan Impian Orang Tua Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah merupakan pondok pesantren yang tetap eksis di tengah banyaknya lenbaga pendidikan di Malang. Pondok ini didirikan bersamaan dengan berdirinya MTs. Nahdlatul Ulama yang berada dalam satu lokasi. 

Pendirian pondok ini berawal dari wasiat almarhum H. Abdul Hadi Sa’id, tak lain adalah abah dari muassis (pendiri) Pondok Pesantren PPAI An-Nahdliyah untuk mengembangkan pendidikan Islam di Karangploso khususnya Kepuharjo.

Memang sejak kyai Mansjur berada di pesantren, abanya yang kerapkali mengunjungi beliau di pesantren mengharapkan agar anaknya kelak bisa mengasuh pesantren seperti kyai Muhammad Sa’id. Untuk mewujudkan keinginannya itu, abah kyai Muhammad Mansjur itu mewaqafkan tanah milik keluarga sembari berpesan kepada kyai Mansjur: “Iki engkok kelolaen (ini nanti kamu kelola)”. Maka pada tahun 1988, pada saat berada di tanah suci Makkah, beliau bermunajat kepada Allah SWT di tanah suci agar diberikan kemudahan dan kekuatan untuk melaksanakan wasiat abahnya.

 Pada awal berdirinya, tanah yang digunakan pesantren adalah tanah waqaf dari abah beliau. Pada tahun 1989 dimulailah pembangunan pondok ini dan selesai tahun 1990. Awalnya santri yang mondok hanya 60 orang. Dan yang sampai menamatkannya 42 orang. 

Secara bertahap makin tambah dan tambah, seiring dengan kualitas pendidikan yang diajarkan. Sehingga pondok ini memiliki tak kurang dari 350 santri (250 santriwati dan 100 santri). Di tengah tingginya biaya pendidikan, PPAI An-Nahdliyah memang tepat menjadi jujugan orang tua yang ingin menyekolahkan anakanya. 

Tidak perlu sedih bila ingin menyekolahkan putra-putri anda dengan biaya di bawah sekolah lain yang dirasa terlalu mahal. Di pesantren inilah kita bisa menyekolahkan putra-putri kita dengan biaya yang terjangkau. Di samping mendapat ilmu umum, putra-putri kita juga mendapatkan ilmu agama